17 April 1966, dua film produksi Daiei ini mulai tayang bersamaan di bioskop Jepang. Daimajin menjadi film pertama dalam trilogi tokoh berjudul sama ini, dan Gamera vs Barugon menjadi sekuel dari Daikaijuu Gamera beberapa bulan sebelumnya.
Daimajin
Fitur
Diproduksi oleh Daiei Kyoto Studio, Daimajin adalah sebuah film yang menggabungkan jidai geki (drama sejarah Jepang) dengan tokusatsu. Mengambil latar cerita pada masa Sengoku di Jepang, setiap filmnya menampilkan cerita manusia jahat yang menindas orang-orang, sehingga Daimajin (kadang disebut juga Majin), sang patung batu raksasa bangkit dan mulai bergerak untuk menghentikan penindasan dari orang jahat. Mirip seperti film kaiju Godzilla dan Gamera, tapi Daimajin digambarkan seperti dewa dengan baju perang.
Awal Mula
Proposal film ini diajukan pada kantor pusat Daiei saat rapat perencanaan ke-124 di minggu pertama November 1965. Diajukan oleh Akinari Suzuki dan Hisashi Okuda, proposal film ini berdasarkan film Cekoslowakia tahun 1936 yang berjudul Le Golem. Daimajin juga berasal dari konsep Uchuu Hyoujin (Manusia Es Angkasa) yang tadinya akan menjadi lawan Gamera di film berjudul Gamera vs Uchuu Hyoujin, tapi film ini tidak pernah terwujud dan menjadi film yang akan dibahas setelah ini.
Cerita Produksi
Para staf Daiei Kyoto menggunakan pengalaman mereka bertahun-tahun dalam jidai geki untuk membuat miniatur gedung yang spektakuler. Adegan gerbang kastil yang runtuh dilakukan dengan ditarik oleh lusinan orang, dan dibantu juga dengan buldoser. Lokasi benteng dibangun di sebuah tambang di Kutsukake, Kyoto, yang juga digunakan kembali untuk film kedua dan ketiga.
Akira Ikufube menggubah musik dalam film ini, dan sebelumnya lebih dikenal dalam karyanya di berbagai film Godzilla. Beliau mengatakan, "Saya memiliki gambaran kalau Daimajin adalah dewa, tapi ketika saya melihat dalam video, saya melihat wajah biru kehitaman dengan bola mata merah melotot kepada saya." Ikufube menciptakan lagu tema yang sangat mengesankan dan terdiri dari tiga tanda nada, yang membangun kedalaman pada latar dunia cerita ini.
Kelanjutan
Dua film berikutnya dalam trilogi Daimajin masih tayang di tahun yang sama. Daimajin Ikaru (Daimajin Marah) pada tanggal 13 Agustus dan Daimajin Gyakushu (Serangan Balik Daimajin) pada 10 Desember. 44 tahun kemudian, Daimajin kembali dalam sebuah serial televisi Daimajin Kanon di tahun 2010. Kanon menggunakan latar masa kini dan menggabungkan konsep Yokai yang berukuran manusia karena Daimajin tidak selalu muncul.
Daikaijuu Kettou: Gamera vs Barugon
Fitur
Sama seperti Daimajin, film ini masih diproduksi oleh Daiei Kyoto Studio. Jika film pertama Gamera tampil hitam-putih, film kedua ini jadi pertama kalinya dalam seri film Gamera yang menggunakan warna natural sepenuhnya. Jarak penayangan film ini hanya 6 bulan setelah film Gamera pertama. Noriaki Yuasa yang dahulu menjadi sutradara film pertama, menjadi sutradara bagian efek khusus dalam film lanjutannya ini.
Cerita Produksi
Proyek ini dimulai setelah film Gamera pertama, yang tadinya dianggap penuh resiko karena dianggap mau menjadi Godzilla kedua, ternyata sukses besar. Penayangan bersamaan dengan Daimajin jadi sesuatu yang bahkan Eiji Tsuburaya dan Toho belum pernah melakukannya. Masakazu Nagata sang direktur Daiei menunjukkan dedikasi yang luar biasa pada penayangan ganda ini, dan memasang iklan satu halaman penuh di koran pada akhir Maret. Iklannya menampilkan kalimat "Bioskop Jepang pasti akan pulih," mengungkapkan antusiasmenya.
Hidemasa Nagata, putra Masakazu yang merupakan direktur pengatur Daiei, menjadi produser film ini meski namanya tidak tercantum. Hidemasa meminta tokoh anak-anak untuk dimasukkan dalam film, tapi sutradara Shigeo Tanaka memilih untuk tidak melakukannya. Gamera vs Barugon menjadi satu-satunya film Showa Gamera yang tidak melibatkan anak-anak dalam cerita dan ditujukan pada khalayak ramai.
Tanggapan
Kesuksesan Gamera pertama membuat film kedua ini menjadi produksi kelas A, sehingga anggaran lebih besar dan dilakukan pergantian sutradara yang lebih ternama. Gamera vs Barugon juga sukses besar secara box office, tapi karena anggaran yang dihabiskan untuk membuat efek khusus juga sangat besar, mengakibatkan kerugian. Yuasa dan yang lainnya juga merasa tidak senang dengan konten film ini.
Alasannya adalah drama kali ini tidak ditujukan kepada anak-anak, sasaran utama film Gamera. Dalam rapat tinjauan staf berdasarkan reaksi anak-anak yang menonton di bioskop, mereka mengutarakan pendapatnya kalau terlalu lama sebelum Barugon muncul dan anak-anak tidak bisa konsentrasi, dan drama untuk dewasa itu membosankan bagi anak-anak. Dengan demikian, Yuasa kembali menjadi sutradara utama untuk film-film berikutnya, dan mulai dari Gamera vs Gyaos di tahun 1967 kembali menampilkan anak-anak sebagai tokoh sentral.
Sumber:
- https://www.scifijapan.com/articles/2006/12/26/daieis-idol-of-terror-daimajin-the-avenging-god/
- https://ja.wikipedia.org/wiki/%E5%A4%A7%E9%AD%94%E7%A5%9E
- https://ja.wikipedia.org/wiki/%E5%A4%A7%E6%80%AA%E7%8D%A3%E6%B1%BA%E9%97%98_%E3%82%AC%E3%83%A1%E3%83%A9%E5%AF%BE%E3%83%90%E3%83%AB%E3%82%B4%E3%83%B3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar