Kamis, 02 April 2020

10 Tahun Daimajin Kanon


2 April 2010, versi modern dari Daimajin ini memulai episode perdananya.


Latar Belakang

Di tahun 1960-an, Daiei Film memproduksi berbagai film tokusatsu bertema monster raksasa (kaiju) dan/atau makhluk supranatural (yokai), antara lain seri film Gamera sejak tahun 1965, Yokai Daisensou (1968), dan masih banyak lagi. Ada pula judul yang menggabungkan konsep kaiju dan yokai, yaitu trilogi Daimajin yang seluruhnya dirilis pada tahun 1966.


Daimajin menggabungkan konsep film kaiju dengan jidai geki (drama periode dalam bahasa Jepang). Mengambil latar waktu masa Sengoku, sebuah patung raksasa yang disebut Daimajin yang akan hidup ketika waktunya menghukum kejahatan. Kisah Daimajin dibuat berdasarkan kepercayaan orang Jepang akan supranatural dan kekuatan alam.

Pada tahun 1971, Daiei mengalami kebangkrutan dan dibeli oleh Tokuma Shoten pada 1974 dan melanjutkan produksi meski skalanya lebih kecil.


Percobaan Lahir Kembali

Di tahun 80-an ketika Godzilla dari Toho mulai kembali dalam film baru, dan berbagai saingan seperti Ultraman dari Tsuburaya dan Kamen Rider dari Toei hadir di dunia perfilman tokusatsu, Daiei terpikir untuk membangkitkan tokusatsu klasiknya. Pada tahun 1991, majalah Kinema Junpo mengungkapkan Daiei mempertimbangkan kerja sama dengan Golden Harvest Films dari Hong Kong, yang terkenal dengan Enter The Dragon dan Police Story, untuk membuat film Daimajin yang baru. Sayangnya, proyek kerjasama internasional ini tak pernah berlanjut setelah berita tersebut. Daiei berpindah fokus dulu dengan trilogi Gamera di tahun 90-an.

Tahun 2002, Tokuma menjual Daiei pada Kadokawa Shoten, yang menggabungkan studio dengan divisi film mereka sendiri menjadi Kadokawa Pictures. Kadokawa kemudian mengumumkan film berdasarkan tokusatsu klasik Daiei, yang pertama adalah Yokai Daisensou yang kemudian tayang pada tahun 2005 dan disutradarai oleh Takashi Miike. Film ini sukses besar, dan studio mulai berbicara dengan Miike untuk menyutradarai film Daimajin baru.

Yokai Daisensou versi tahun 2005, diperankan oleh
Ryunosuke Kamiki semasa kecil.
Sayangnya film tokusatsu Kadokawa Pictures berikutnya yaitu versi baru Gamera yang berjudul Chiisaki Yusha-tachi Gamera pada tahun 2006 kurang sukses. Respon negatif Gamera 2006 dan juga Godzilla Final Wars (2004) meyakinkan Kadokawa kalau penonton film layar lebar di Jepang sudah kurang berminat dengan genre monster raksasa. Rencana film Daimajin dengan sutradara Miike pun dibatalkan.


Proyek Kebangkitan Yang Berhasil

Kebangkitan Daimajin di layar lebar kembali ditunda, tapi Kadokawa masih belum menyerah. Pada bulan April 2009, majalah Newtype The Live milik Kadokawa mengumumkan proyek baru berdasarkan sang dewa pelindung sedang dikerjakan. 43 tahun kemudian Daimajin kembali, bukan di layar lebar, tapi sebagai serial televisi yang ditayangkan pada larut malam di TV Tokyo. Judulnya adalah Daimajin Kanon.

Pemilihan waktu tengah malam sedang sering dilakukan pada tokusatsu dalam beberapa tahun terakhir saat itu, karena program jadi bisa lebih mengeksplorasi tema dewasa, yang bisa saja termasuk kekerasan, humor dewasa, sensualitas, agama dan politik. Selain itu juga bisa mengambil waktu untuk pengembangan cerita dalam beberapa episode.

Kembalinya Daimajin kali ini dipegang oleh produser eksekutif Shinichirou Inoue dan produser Shigenori Takatera, dua pria yang sudah berpengalaman dalam bidangnya. Takatera selalu membuat tokusatsu yang "melenceng" dari pendahulunya tapi tetap berkualitas. Setelah pada Super Sentai dan Kamen Rider, Takatera akan kembali melakukannya pada judul baru Daimajin ini.

Shigenori Takatera dan suit actor Makoto Itou,
reuni setelah Kamen Rider Hibiki
Daimajin Kanon mengumpulkan kembali berbagai staf produksi yang sudah pernah bekerja bersama Takatera pada Super Sentai dan Kamen Rider. Diantaranya adalah sutradara Taro Sakamoto yang sempat menyutradarai Denji Sentai Megaranger yang juga diproduseri Takatera.

Shinji Ooishi menjadi perencana serial dan penulis utama Daimajin Kanon. Sebelumnya beliau menjadi penulis Kamen Rider Hibiki hingga diganti saat Takatera keluar. Penulis lainnya adalah Naruhisa Arakawa, yang dulu menulis Kamen Rider Kuuga, Abaranger dan Dekaranger.

Komposer ternama Toshihiko Sahashi mengerjakan musik untuk Daimajin Kanon. Sahashi dikenal lewat banyak anime dan tokusatsu yang musiknya beliau gubah, antara lain Ultraman Powered, Gaia, Mebius, Kuuga, Agito, Hibiki, Den-O, Carranger dan Gingaman.


Konsep: Para Dewa dan Iblis

Meski Daimajin Kanon secara resmi diumumkan pada April 2009, proyek sudah berjalan diam-diam selama setahun kebelakang. Perpanjangan jadwal pra-produksi memberi Inoue, Takatera dan para kru waktu untuk memikirkan berbagai konsep berbeda untuk judul ini sebelum syuting dimulai.

Salah satu keputusan terpenting yang dihadapi tim kreatif adalah bagaimana cara terbaik menampilkan karakter Daimajin kepada pemirsa televisi modern. Formula dasar Daimajin di tahun 60-an sangat berbeda dari film kaiju kebanyakan. Satu perbedaan paling jelas adalah seluruh film Daimajin mengambil latar waktu ratusan tahun yang lalu daripada masa kini maupun dekat masa depan seperti pada film kaiju secara umum. Tapi Daimajin Kanon akan lepas dari tradisi tersebut dan mengambil latar jaman modern, membuat kru dapat melakukan pendekatan yang lebih segar pada cerita Daimajin.


Meski begitu ada satu elemen kunci dari trilogi film Daimajin yang masih dilakukan, yaitu kemunculan Daimajin di depan penonton hanya sebentar. Film Daimajin menampilkan tokoh manusia yang menderita dan berjuang melawan peraturan kejam seorang laksamana jahat. Baru di paruh akhir ketika semuanya makin buruk, Daimajin bangun sebagai jawaban dari doa dari pahlawan. Daimajin Kanon tetap menampilkan sang raksasa lewat kilas balik, penglihatan dan mimpi, tapi baru bangun ketika menjelang konklusi cerita.

Pilihan untuk membuat cerita yang perlahan membangun kebangkitan Daimajin jelas sangat beresiko, sehingga membutuhkan tokoh utama yang menarik untuk mempertahankan perhatian pemirsa sepanjang sekitar 20-an episode. Tim kreatif secara cerdik menemukan solusinya dengan menyisipkan waralaba tokusatsu klasik Daiei; Yokai. Sebagian besar tokoh utama adalah yokai daripada orang biasa.


Yokai di Daimajin Kanon adalah tipe spesifik yang dikenal sebagai "Onbake." Nama mereka berasal dari kanji "on" (bersyukur) dan "bakeru" (berubah wujud), para Onbake adalah hewan, tempat, atau objek tak bernyawa yang diberi kehidupan baru oleh cinta dan kepedulian kepada mereka oleh manusia. Para yokai ini hidup sebagai rasa syukur mereka kepada manusia, dan dengan senang menjadikannya pekerjaan untuk melindungi mereka. Onbake muncul dalam beragam bentuk dan ukuran, dan memiliki wujud manusia dan Onbake berdasarkan asal muasalnya. Para Onbake dalam Daimajin Kanon merupakan inkarnasi dari helm samurai, anjing, udang karang, elang, ceret, ikan mas, bahkan televisi.

Untuk antagonis, dibuat Ipadada yang terinspirasi dari roh jahat yang masih hidup setelah kematian. Ipadada merupakan reinkarnasi dari manusia yang mati dengan rasa dendam yang dalam. Jika Ipadada mengkonsumsi 100 jiwa maka dia akan menjadi raksasa, dan para Onbake harus mencegah Ipadada mencapai wujud itu. Hanya Daimajin yang bisa menghadapi Ipadada raksasa.


Konsep: Gadis Daimajin

Takatera dan Inoue ingin cerita Daimajin/Onbake terjalin dengan apa yang mereka lihat sebagai jantung sebenarnya dari serial ini: pertumbuhan personal seorang muda/mudi yang terlempar kepada keadaan tak biasa. Kedua produser memberikan banyak pemikiran kepada tokoh utama manusia dan akhirnya diputuskan tokohnya adalah wanita muda.

Takatera mengingat, "Ketika saya syuting Hibiki, ada opini mengenai Asumu (protagonis anak muda dalam judul tersebut) perlu bekerja sama dengan Hibiki secepatnya. 'Asumu itu muridnya, dia harus bertarung juga,' kata mereka. Saya ingin menghindari sudut pandang itu saat ini, jadi ketika memikirkan cara untuk mencari tahu bagaimana cara menghindari ini, saya menyadari bahwa jika saya menjadikan protagonis sebagai seorang wanita, orang akan cenderung bersikeras bahwa dia tidak harus bertarung. Karena cerita utama yang ingin saya ceritakan adalah pertumbuhan anak muda, saya tidak mau aksi pahlawan menggantikannya."


Mengembangkan tokoh utama dengan cara ini dilihat oleh beberapa kru sebagai katarsis untuk Takatera yang memungkinkan beliau pulih dari cobaan ketika menciptakan karya baru yang lebih indah dalam Hibiki. Inoue bahkan secara langsung membandingkan tokoh Kanon dengan Takatera dalam wawancara untuk set Blu-Ray pertama Daimajin Kanon.

Manfaat tambahan dari keputusan Takatera ini adalah memenuhi mandat dari Kadokawa yang dia perjuangkan. Berdasarkan kesuksesan film anime Toki o Kakeru Shoujo, perusahaan merasa Daimajin baru juga perlu menarik bagi pemirsa perempuan yang rutin membeli buku, anime dan manga Kadokawa. Protagonis wanita akan memberikan judul ini rasa "Kadokawa Shoten" yang diinginkan perusahaan.


Pada catatan Takatera dari akhir April 2008, tokoh utama bernama Shinobu dan dijelaskan sebagai wanita yang dibesarkan dengan cita-cita tinggi, tetapi babak belur oleh gelombang masyarakat yang tak kenal ampun, menyebabkan dia tidak mempercayai orang lain dan mengembangkan sedikit sifat pendendam. Ada juga teman Shinobu bernama Taku, seorang pria berjiwa bebas yang mencari hidup berdampingan dengan orang lain dan membebaskan hatinya. Tapi tak lama, Taku dihilangkan dari perencanaan karena diganti dengan tokoh baru bernama Taihei. Proyek pun mulai berevolusi ke tahap akhir.

Daimajin Musume
Dengan cerita yang lumayan berbeda dari proyek Daimajin sebelumnya, kedua produser memutuskan untuk menjelaskannya dengan cara yang sangat "Kadokawa Shoten" yaitu manga. Ditulis dan digambar oleh Suzuki Konami, yang juga mendesain karakter di serial, manga Daimajin Musume menampilkan banyak karakter dan konsep yang dipertimbangkan pada tahap awal produksi Daimajin Kanon.


Casting

Dalam mencari pemeran Kanon Misaki, kedua produser tahu mereka ingin "gadis yang murni dan ceroboh yang mengetahui patah hati sebelumnya." Lebih dari seribu wanita melakukan audisi, dan Takatera mengaku ada tekanan dalam audisi setelah keberuntungan mereka casting pemeran utama Kuuga. "Apa kita akan menemukan Joe Odagiri lainnya?", pikirnya.

Dalam audisi Kanon juga ada tes menyanyi, dimana produser memilih lagu “Ue o Muite Arukou” oleh Kyu Sakamoto dari tahun 1963 yang lebih dikenal di luar negeri sebagai "Sukiyaki." Setelah bernyanyi, setiap aktris ditanyakan apa hal yang paling mereka sesali dalam hidupnya. Takatera mengingat, "Kebanyakan menjawab tentang mengatakan kata kasar pada orang terdekat, yang kemudian berujung pada putus hubungan. Sekitar 90% wanita yang menjawab langsung menangis. Kami tak menyangka akan seperti ini."


Pada akhirnya Yuka Rikuna terpilih sebagai Kanon. Awalnya dianggap agak seperti kuda hitam, dia digambarkan sebagai "seseorang yang harusnya menjadi teman si protagonis daripada protagonis itu sendiri." Rikuna mengesankan produser dengan ketulusan dan rasa khawatirnya terhadap orang lain. Pada pertanyaan penyesalan terbesarnya, dia menjawab sebaik mungkin walaupun menangis terus tanpa henti. "Dia tampak manis, tulus, murni hampir seperti anak kecil, dia selalu berbicara tentang keluarganya," kata Takatera. "Sangat jelas bahwa keluarganya sangat berarti baginya."

Tokoh Taihei dan Tomosuke masing-masing diperankan oleh aktor dari agensi yang sama yaitu Hidekazu Mashima dan Takashi Yamanaka. Keduanya audisi di hari yang sama, Yamanaka yang pertama dan menunggu Mashima selesai supaya bisa pulang bersama dengan kereta. "Melihat mereka bersama, serasa seperti R2-D2 dan C-3PO (dari Star Wars), saya bisa melihat mereka cocok sebagai Taihei dan Tomosuke," kata Takatera.

Takatera awalnya memiliki kebijakan untuk tidak menggunakan aktor-aktris yang sebelumnya berpengalaman dengan "acara pahlawan" termasuk tokusatsu. Dia ingin mencari aktor yang memiliki pandangan dunia seperti tokohnya dibandingkan mencoba menghindari penampilan natural dari seseorang yang mungkin tidak cocok dengan perannya. Tapi akhirnya ada juga alumni tokusatsu yang diterima, yaitu Nao Nagasawa (Hurricane Blue) sebagai Ikechiyo dan nantinya Shouhei Izumi (Time Yellow) sebagai Kaenji.

Kiri-kanan: Serina Ogawa (Hashitaka),
Nao Nagasawa (Ikechiyo), Sayuki Matsumoto (Kirinoha)
Sebagai fanservice, ada juga beberapa J-Idol dan model gravure yang turut berperan, termasuk Nao Nagasawa tadi. Ada Serina Ogawa sebagai Hashitaka, dan ratu balapan Sayuki Matsumoto sebagai Kirinoha.

Kostum Daimajin dikenakan oleh suit actor Makoto Itou, yang sebelumnya juga mengenakan kostum Hibiki yang sama-sama diproduseri Takatera. Itou dikenal sebagai suit actor para Kamen Rider rival maupun pendukung tokoh utama (kecuali Hibiki) sejak G3 di Agito hingga Zeronos di Den-O. Bujin (sebutan Daimajin dalam serial ini, tipikal Takatera tidak menyebutkan nama waralaba dalam ceritanya) diisisuarakan oleh Tsunehiko Kamijou, yang sebelumnya memerankan Denichirou Iga di beberapa episode Uchuu Keiji Sharivan.


Desain

Dengan konsep Onbake sebagai "objek dan hewan yang reinkarnasi melalui kecintaan manusia" telah ditetapkan, para desainer mulai bereksperimen dengan aturan desain mereka. Instruksi Takatera adalah para tokoh ini harus selalu memiliki kualitas "hidup" pada mereka, terlepas dari asal mulanya.

Sejumlah desainer, baik independen maupun dalam staf judul ini, mengajukan desain Daimajin baru, bahkan sebelum diskusi mengenai karakter dilakukan. Awalnya para kru condong ke arah Daimajin sebagai prajurit dengan penampilan agak seperti kayu yang berubah menjadi pohon raksasa. Tapi setelah para Onbake dibuat sebagai reinkarnasi beragam objek, dilakukan juga pada Daimajin. Mulai saat itu, produser dan desainer mulai mendesain Daimajin berdasarkan dotaku, bel perunggu untuk ritual pada periode Yayoi di tahun 300 Sebelum Masehi hingga 300 Masehi.


Desain pertama Taihei dikerjakan oleh Tetsuya Aoki dari PLEX. Aoki, yang sebelumnya mengerjakan desain Transformers original, menggambarkan Taihei berdasarkan desain Daimajin. Versi baju zirah lengkap mendapatkan pujian dari kru, bahkan ketika pengembangan desain jadi berbeda, tetap ada rencana untuk memberi Taihei dua saudara yang terbuat dari pedang dan baju zirah, yang akan bergabung membentuk "Armor Taihei." Meski ide ini tak digunakan dalam serial, nantinya digunakan oleh penulis/seniman Seijuro Mizu dalam versi manga Daimajin Kanon di majalah Young Ace.


Takatera membuat sketsa desain kepala Taihei yang memiliki mata dan mulut yang bisa bergerak, tetap dengan prinsip desain Onbake harus memiliki kualitas hidup. Desain dari Takatera lainnya terinspirasi dari helm kabuto yang dia lihat dalam iklan mobil. Pada versi ini, penutup sampingnya lebih menonjol, membentuk citra wajah. Semua desain Taihei mengikuti tampilan dasar ini.

Shinji Ooishi sebagai pimpinan desainer konsep menggambar beragam variasi desain kepala Taihei. Pada satu tahap, Takatera menambahkan hidung agar tokohnya lebih manusiawi, tapi ide ini segera dibatalkan. Setelah beberapa revisi, desain akhir kepala diterima dan mulai masuk tahap cetakan tanah liat.

Ooishi khawatir Taihei menjadi terlalu seperti tipikal pahlawan aksi jika mereka tetap menggunakan desain berbaju zirah. Beliau kemudian mencoba menggambar desain badan lengkap dari "versi telanjang" Taihei, yang hanya menggunakan fundoshi, cawat tradisional Jepang. Berdasarkan desain Ooishi, kru menetapkan semua Onbake memiliki kepala yang berdasarkan objek asalnya. Badannya yang seperti manusia merupakan tambahan yang tumbuh keluar dari kepalanya.


Tetsuya Aoki mengusulkan Taihei diberi otot dengan proporsi besar pada pundak, dada dan paha. Ada juga ide diberi semacam pola seperti tato dan body paint untuk menyembunyikan sambungan antara tubuh suit actor dan peralatan prostetik. Pada desain akhir Taihei, sambungannya ditutupi dengan bungkusan kain.

Pada rencana awal, motor milik Taihei juga adalah yokai dan bisa berbicara. Wujud yokai motor ini dikonsep sebagai tokoh CG, dan banyak desainnya digambar oleh Aoki dan Hitoshi Fukuchi. Tapi karena kemudian konsep "bagian kepala adalah yokai sebenarnya" ditetapkan, Fukuichi menggambar kepalanya sebagai motor seluruhnya, dan tubuh seperti manusia keluar dibawahnya. Direncanakan untuk tampil di pertengahan cerita, tapi kemudian batal.

Untuk beberapa desain yokai, siluet "cacat" yang menyerupai karya seniman Hong Kong Michael Lau diajukan. Karya Lau juga menjadi pengaruh untuk tes warna para Onbake. Tim desain melekat pada konsep para karakter fantastikal ini akan memiliki dua corak, dan beberapa desain dua warna dicoba pada Taihei dan yokai lain.



Produksi

Kadokawa menjalin hubungan mitra dengan beberapa perusahaan untuk membiayai pengembangan dan marketing serial ini. Disebut sebagai Daimajin Kanon Partners, terdiri dari TV Tokyo, perusahaan raksasa mainan Bandai, perusahaan konsultasi internasional T.Y. Entertainment, perusahaan produksi film dan video Omnibus Japan, rumah produksi Dogsugar, merk pakaian otaku Cospa, dan operator seluler NTT DoCoMo. Kerjasama ini memberikan Daimajin Kanon bujet tertinggi dalam sebuah drama Jepang saat itu. Awalnya ditujukan 500 juta yen, kemudian menjadi dua kali lipat yaitu 1 milyar yen. Jumlah ini hampir 5 kali lipat dari tipikal serial tengah malam.


Semua kostum makhluk, properti, dan animatronik dibuat oleh studio Monsters, Inc., rumah produksi efek milik Shinichi Wakasa. Wakasa sudah sering bekerja untuk judul tokusatsu antara lain Godzilla sejak tahun 1993, Gamera 2, Ultraman Tiga dan Cosmos, dan lain-lain. Studio milik Wakasa ini juga membuat miniatur Batuan Bujin, tempat sang Daimajin beristirahat saat tidak aktif. Batuan Bujin menggunakan referensi lokasi asli yaitu Ryuuozaka di Perfektur Ibaraki.

Pembuatan adegan efek khusus memerlukan gabungan usaha teknisi dan pengrajin dari masing-masing perusahaan. Jika miniatur akan dihancurkan di depan layar, maka akan disusun dari bahan-bahan seperti kayu balsa atau plester yang akan mudah pecah, tanpa kerangka internal. Di lokasi, tim efek praktikal dapat menghabiskan seluruh hari kerja menyiapkan miniatur, memotong celah yang memisahkannya kemudian menyembunyikan celah dengan dempul. Dalam beberapa adegan, teknisi veteran Hiroyuki Hatori akan menambahkan bubuk mesiu ke miniatur untuk menambah kehancuran dan membuat asap mengepul dari puing-puing.


Daimajin Kanon awalnya dijadwalkan untuk debut pada TV Tokyo pada Oktober 2009, tapi kemudian ditunda dan dimulai pada April 2010. Produksi dimulai pada 2 Juni 2009, dengan fotografi pokok mencapai 7 bulan, dan selesai pada 20 Desember di tahun yang sama.


Penampilan Khusus

Episode terakhir Daimajin Kanon tak hanya menutup kisah ini, tapi juga memiliki penampilan khusus dari aktor Joe Odagiri, yang lebih dikenal fans tokusatsu sebagai Yuusuke Godai/Kamen Rider Kuuga. Bisa dibilang ini adalah kemunculan satu-satunya Odagiri dalam tokusatsu 10 tahun pasca Kuuga pertama kali tayang. Meski bukan penggemar tokusatsu, Odagiri sangat menghormati Takatera sehingga mau menjadi bintang tamu.




Sumber:

  • https://ja.wikipedia.org/wiki/%E5%A4%A7%E9%AD%94%E7%A5%9E%E3%82%AB%E3%83%8E%E3%83%B3
  • http://www.scifijapan.com/articles/2012/11/05/daimajin-kanon-the-complete-series-guide/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar