4 Desember 2004, film Godzilla ke-28 ini pertama kali tayang di Jepang.
Perayaan 50 Tahun Sang Raja Monster
Tahun 2004 menjadi perayaan setengah abad sejak Godzilla pertama kali tayang di bioskop Jepang pada tahun 1954. Semenjak kembalinya film Godzilla produksi Toho di tahun 1999 lewat Godzilla 2000: Millennium, era film yang kemudian disebut Millennium Series ini terus memproduksi film sang Raja Monster setiap tahunnya, dan kini memasuki tahun keenam. Namun, penjualan film dua tahun terakhir sebelumnya yang disebut Kiryu Saga yaitu Godzilla X Mechagodzilla dan Tokyo SOS tidak sebaik yang diharapkan.
Dalam pembuatan film peringatan 50 tahun kelahiran Godzilla, tiga atau lebih rencana konkret dibuat pada awal tahun 2003 dengan mengundang novelis terkenal, seniman manga, dan lain-lain. Tapi disimpulkan bahwa film Godzilla yang benar-benar baru, film Godzilla yang belum pernah dilihat siapa pun, tidak dapat dibuat dengan teknologi saat ini. Hasilnya adalah bahwa kondisi terbaik yang dapat dijamin saat ini diatur untuk menciptakan "film Godzilla" terbaik yang akan menjadi puncak dari seri tersebut, dan mengakhiri seri Godzilla.
Produser Shogo Tomiyama merasa sudah saatnya bagi Godzilla untuk beristirahat, dan perayaan 50 tahun ini menjadi waktu yang tepat. Hal ini bukan berarti waralaba ini benar-benar berakhir, karena Tomiyama berharap suatu saat sang Raja Monster akan bangkit kembali oleh para kreator di era baru. Meski nantinya Godzilla masih kembali dalam film layar lebar dan media lainnya di kemudian hari, Final Wars menjadi film terakhir dalam waralaba ini yang masih menggunakan miniatur dan kostum monster dengan skala besar.
Pemilihan Sutradara Di Luar Kebiasaan
Meski akhir film Tokyo SOS memberi petunjuk untuk kelanjutan cerita, diputuskan bahwa film setahun setelahnya ini akan menjadi cerita baru. Karena itu juga, sutradara Kiryu Saga yaitu Masaaki Tezuka tidak menyutradarai film baru ini. Tomiyama mengajak Ryuhei Kitamura, sutradara yang namanya naik sejak film Versus di tahun 2000 dan baru saja menyutradarai Azumi yang juga diproduksi Toho.
Ryuhei Kitamura, Godzilla dan Shogo Tomiyama. |
Sebagai film kaiju paling pertama yang disutradarai Kitamura, Tomiyama memintanya untuk menyutradarai sebagai "seorang kreator generasi baru yang tidak memiliki kerumitan terhadap film-film Amerika," agar film ini menjadi "sebuah film yang tidak dapat dibuat lebih 'Godzilla' lagi." Tomiyama menggambarkan Kitamura sebagai "seseorang yang membuat film dengan semangat menantang yang membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin," dan film ini terwujud berkat kegigihan Kitamura dalam mencapai apa yang tampaknya mustahil.
Naskah yang Mengalami Perubahan
Penulis naskah Wataru Mimura menerima permintaan dari Tomiyama pada bulan April 2003 untuk membuat cerita berdasarkan alur film ulang tahun ke-50 Godzilla. Pada titik ini, alur yang ditulis oleh Tomiyama telah menjadi kerangka film, termasuk monster yang muncul di berbagai belahan dunia dan invasi bumi oleh Alien X. Pada musim panas tahun yang sama, naskah yang ditulis oleh Mimura selesai.
Pada bulan Oktober 2003, Kitamura bergabung dengan proyek untuk mengerjakan ulang naskah, tapi Mimura tidak dapat memenuhi permintaan Kitamura, sehingga Isao Kiriyama, yang telah mengerjakan banyak film Kitamura, bergabung dengan proyek untuk melakukan penyesuaian. Mimura mengatakan bahwa setelah Kiriyama bergabung, dia dibiarkan mengerjakan sendiri, dan bahwa dia sangat puas dengan naskah yang telah selesai, yang disusun dengan baik sesuai selera Kitamura. Kiriyama mengatakan bahwa dia tidak banyak mengubah struktur naskah dari naskah Mimura, dan bahwa dia sendiri menambahkan elemen-elemen yang berapi-api dan menghibur yang merupakan ciri khas Kitamura.
Kiriyama juga mengusulkan untuk menghilangkan latar mutan karena akan mengakibatkan lebih banyak pertempuran di pihak manusia. Tapi atas permintaan Tomiyama dan manajemen atas Toho lainnya, diputuskan untuk membiarkannya apa adanya. Adegan aksi sepeda motor dimasukkan atas permintaan tim pemeran pengganti.
Tim Produksi yang Juga Tak Biasa
Film ini diproduksi dalam skala terbesar dalam sejarah film-film Godzilla berturut-turut pada saat itu, dengan biaya produksi sebesar 2 miliar yen, waktu produksi 100 hari, dan pengambilan gambar pertama oleh empat tim (tim film utama, tim efek khusus A, tim efek khusus B, dan tim luar negeri). Karena menampilkan beberapa adegan kaiju berbeda-beda yang menyerang beberapa negara selain Jepang, syuting adegan manusia juga dilakukan di beberapa negara. Jajaran staf Final Wars adalah gabungan dari Jepang dan luar negeri, dimana beberapa staf Jepang adalah nama-nama yang tidak biasa dalam proyek film Godzilla maupun kaiju lain.
Berkat relasi Kitamura dengan Hideo Kojima, pencipta waralaba video game Metal Gear Solid, beliau bisa mengajak Yoji Shinkawa, desainer karakter dan mesin pada game tersebut untuk terlibat dalam film ini. Shinkawa awalnya menggambar sebuah desain Godzilla, tapi desainnya terlalu menjauhi citra monster tersebut dan karena film ini merayakan 50 tahun maka akan lebih baik menggunakan desain yang lebih tradisional. Pada akhirnya, desain-desain oleh Shinkawa yang digunakan adalah kapal Shin Gotengo, seragam Pasukan Pelindung Bumi dan para prajurit manusia mutan Agensi M.
Desain Godzilla oleh Yuji Shinkawa (tiga gambar dari kiri) dan Yasushi Nirasawa (paling kanan) |
Musik Final Wars digubah oleh tiga orang yaitu Keith Emerson, Nobuhiko Morino dan Daisuke Yano. Emerson ditawari oleh Kitamura, yang saat itu sedang menghadiri konser Emerson di Jepang. Meski ada tiga nama sebagai penggubah musik film ini, Emerson sama sekali tidak berkolaborasi dengan Morino dan Yano. Lagu "We're All to Blame" oleh Sum 41 yang sudah dirilis pada bulan Agustus di tahun yang sama menjadi lagu pada trailer film ini maupun untuk adegan pertarungan di Sydney, bahkan nama band ini ditaruh paling atas pada kredit pembuka film.
Masih karena relasi dengan Kojima dan Metal Gear, Kyle Cooper bertugas mendesain adegan judul pembuka pada film ini, yang turut menampilkan beberapa adegan film Godzilla terdahulu. Beliau dikenal sebagai desainer adegan pembuka untuk film-film Hollywood seperti Mission: Impossible, trilogi Spider-Man dan masih banyak lagi. Nantinya, Cooper kembali mengerjakan adegan pembuka film Godzilla di tahun 2019 dan 2021.
Kaiju Terbanyak Dalam Satu Film
Sorotan terbesar Final Wars adalah kemunculan para kaiju terkenal sepanjang film tokusatsu Toho dalam satu film. Total ada 15 kaiju, mengalahkan Kaiju Soushingeki (Destroy All Monsters) di tahun 1968 yang menampilkan 11 kaiju. Beberapa diantara kaiju ini menggunakan kostum yang sama dengan beberapa film Godzilla terbaru seperti Mothra yang menggunakan versi Tokyo SOS. Kaiju yang sudah lama tidak muncul seperti Anguirus, King Caesar dan Hedorah mendapatkan desain baru.
Hedorah sebenarnya adalah salah satu kaiju favorit Kitamura dan ini adalah kemunculan keduanya di layar lebar sejak debut pada film Godzilla vs Hedorah di tahun 1971. Namun sayangnya kemunculan kaiju ini hanya sebentar pada hasil akhir film, yang membuat fans maupun staf termasuk Shinji Nishikawa sebagai desainernya sendiri kecewa. Sebagai pengganti, adegan Hedorah menyerang perkotaan yang menjadi salah satu adegan yang dihapus dari film dibuat menjadi salah satu adegan pada kredit penutup. Foto Godzilla melawan Hedorah generasi kedua ini kemudian muncul pada majalah dan detil-detil memukau pada versi ini jadi lebih terlihat.
Hedorah dan Godzilla pada foto majalah. |
Sorotan lain pada kaiju Final Wars adalah kemunculan Zilla, seekor kaiju yang penampilannya sangat mirip dengan Godzilla produksi TriStar Pictures di tahun 1998, yang mendapat sebutan EmmerGoji berdasarkan Roland Emmerich, sutradara film tersebut. Nama Zilla ditetapkan oleh produser Tomiyama dengan membuang "God" dari Godzilla, dan ditampilkan sepenuhnya dalam grafis komputer 3D dengan memindai salah satu mainan dari film tersebut. Toyama berkomentar bahwa versi Emmerich tidak sepenuhnya menangkap orisinalitas Godzilla Jepang, dan bahwa ia bermaksud untuk menunjukkan perbedaan kekuatan antara Godzilla Jepang dan Inggris dalam film ini. Pertarungan Godzilla melawan Zilla terjadi dengan sangat cepat di Sydney sambil diiringi lagu Sum 41 yang telah disebutkan sebelumnya.
Diantara kaiju yang tidak muncul, banyak yang menyayangkan Jet Jaguar tidak muncul dalam film ini. Kitamura menanggapi dengan mengatakan Jet Jaguar kurang cocok untuk pandangan dunia Final Wars. Mechagodzilla tidak muncul karena sudah mendapat porsi utama dalam Kiryu Saga, dan sebagai gantinya diputar lagu tema Mechagodzilla gubahan Masaru Sato pada adegan Kutub Selatan sebelum kebangkitan Godzilla di pertengahan film.
Banyaknya Tokoh Manusia
Final Wars menampilkan banyak tokoh manusia yang lebih dominan dari film-film sebelumnya. Karena Kitamura menjadi sutradara, banyak diantara tokoh ini lebih aktif bertarung. Selain itu karena menjadi perayaan 50 tahun, banyak aktor dan aktris yang sebelumnya telah berperan sebagai tokoh manusia dalam film Godzilla memerankan tokoh baru.
Miyuki Otonashi dan Shinichi Ozaki. |
Douglas Gordon |
Salah satu tokoh manusia paling menarik perhatian dalam Final Wars adalah Kapten Douglas Gordon yang diperankan oleh atlit MMA (Mixed Martial Arts) Don Frye. Naskah awal oleh Mimura menggambarkannya sebagai seorang pria Perancis bernama Leroy, dan memikirkan Jean Reno, yang pernah berperan dalam film Godzilla TriStar, untuk memerankan tokoh ini. Awalnya tak hanya Reno yang ditawari peran ini, tapi juga Shinichi Chiba, Mark Coleman dan Christopher Lambert. Keunikan tokoh Gordon adalah dia berbicara sepenuhnya dalam bahasa Inggris dengan para tokoh berbahasa Jepang dan semuanya sudah langsung saling mengerti, meski dibuat juga versi sulih suara Jepang dengan Tessho Genda yang mengisi suaranya.
Anna Otonashi, kakak Miyuki, diperankan oleh Maki Mizuno. Aktris ini menjadi satu-satunya lulusan audisi Toho Cinderella yang belum pernah tampil dalam film Godzilla sampai saat itu. Ketika dia menanyakan hal tersebut secara bercanda kepada produser Tomiyama pada pesta akhir tahun setahun sebelumnya, dia justru mendapat tawaran untuk peran dalam film ini.
Naotaro Daigo (kiri) dan Reiko Namikawa (tengah) |
Kitamura turut mengajak beberapa aktor yang telah terlibat dalam film-filmnya untuk peran kecil. Tak Sakaguchi, tokoh utama Versus, memerankan salah satu bodyguard Alien X. Hideo Sakaki, antagonis utama Versus, memerankan Letnan Pertama kapal Eclair. Kitamura sendiri sempat tampil sebentar memerankan DJ radio ketika Alien X pertama kali datang dengan damai.
Penekanan Adegan Aksi
Tujuan Kitamura untuk film ini adalah untuk menunjukkan aksi dengan cara baru dengan menggunakan teknik efek khusus yang telah dia kembangkan tanpa menggunakan banyak CG, dan para monster saling bertarung dalam pertarungan jarak dekat yang cepat. Sutradara efek khusus Eiichi Asada mengatakan bahwa dia tidak menolak CG, tetapi lebih kepada analog dan digital yang harus diintegrasikan ke dalam ekspresi yang dapat lebih efektif di masing-masing. Fitur lainnya adalah penggabungan ekspresi antropomorfik, seperti pertempuran bergaya sepak bola.
Di Kobe dan Yokohama, aksi sepeda motor dilakukan di jalan umum yang dapat ditutup, dengan peralatan aksi dan derek besar yang dikembangkan untuk film ini. Selain itu, pada bekas pabrik Semen Sumitomo Osaka di Kota Iwaki, Prefektur Fukushima, pertempuran menegangkan antara pasukan mutan dan Ebira difilmkan menggunakan sejumlah besar bubuk mesiu. Matsuoka sebagai Ozaki dan Kosugi sebagai Kazama tetap melakukan adegan aksi ini tanpa pemeran pengganti.
Percobaan kostum FinalGoji yang lebih ringan. |
Untuk pertarungan monster, Kitamura memunculkan konsep Vale Tudo, yaitu pertarungan yang intens dan bergerak cepat. Beliau menyajikan storyboard dari tahap awal persiapan, dan yang dilakukan berdasarkan storyboard ini adalah revisi kostum. Agar lebih mudah bergerak, kostum dibuat lebih ringan, tapi tetap terhubung erat dengan aktor kostum, yang mencerminkan gerakan aktor sebagaimana adanya. Kaki dan sisi kostum memiliki bagian bergerak yang lebih besar untuk memungkinkan gerakan yang lebih besar, yang memungkinkan kaki terangkat, monster mengambil posisi menunggangi, dan saling memukul.
Penayangan & Tanggapan
Meski tayang secara nasional di Jepang pada tanggal 4 Desember, Final Wars tayang lebih dahulu tanggal 29 November pada Grauman's Chinese Theatre di Los Angeles, Amerika Serikat. Film ini menjadi film Jepang pertama yang tayang lebih dahulu pada teater tersebut. Pada waktu yang sama, nama Godzilla juga terdaftar dalam Hollywood Walk of Fame, menjadikannya tokoh film Jepang pertama dalam daftar ini.
Rei Kikukawa, Godzilla dan Masahiro Matsuoka pada penayangan perdana Final Wars di Grauman's Chinese Theatre. |
Evaluasi
Berhasil maupun gagal, Final Wars sudah ditetapkan sebagai film penutup Godzilla untuk sementara waktu. 10 tahun kemudian, sang Raja Monster kembali dalam film Hollywood, dan 2 tahun setelahnya kembali mendapat film produksi Jepang, namun era kostum monster, atau disebut juga suitmation, telah berakhir bagi waralaba ini. Penggunaan CG dilakukan pada Godzilla sampai saat ini, baik pada film layar lebar maupun media lain seperti serial animasi.
Namun, kostum Godzilla dari film ini, yang disebut FinalGoji, digunakan pada film pendek yang tayang pada livestream Godzilla Festival setiap tanggal 3 November sejak tahun 2021. Film-film pendek ini sudah dimulai pada tahun 2020, tapi baru pada Godzilla vs Hedorah (2021) dimana FinalGoji digunakan, dan Hedorah disini juga sama dengan yang dibuat untuk Final Wars. Film-film yang kemudian disebut Fest Godzilla ini menjadi kembalinya teknik suitmation dalam produksi Toho meski bukan lagi berskala besar sebagai film penuh.
"Selamat tinggal, Godzilla." |
Sumber
- https://ja.wikipedia.org/wiki/%E3%82%B4%E3%82%B8%E3%83%A9_FINAL_WARS
- https://en.wikipedia.org/wiki/Godzilla:_Final_Wars
- "The History of Godzilla: Final Wars (2004)" - Big Action Bill @ Youtube
Tidak ada komentar:
Posting Komentar