Rabu, 18 Desember 2024

Informasi Produksi ULTRAMAN (THE NEXT)


18 Desember 2004, film dalam proyek ULTRA N PROJECT ini pertama kali tayang di bioskop Jepang.

 

"Evolusi Berikutnya" Dalam Film Raksasa Cahaya

ULTRA N PROJECT yang menjadi proyek ambisius Tsuburaya Productions (TsuPro) telah menampilkan Ultraman Noa pada majalah dan acara panggung, kemudian Ultraman Nexus sebagai serial televisi yang dimulai sejak bulan Oktober 2004. Proyek ketiga yaitu film ini baru dirilis pada hari yang sama dengan Nexus episode 12. Meski begitu, sebenarnya secara alur cerita film ini mengambil latar waktu beberapa tahun sebelum Nexus dimulai, tepatnya di tahun 2004, sesuai tahun tayang.


Berawal Dari "Mata Kuning"

Meski menjadi bagian dari ULTRA N PROJECT, film ini sebenarnya dimulai sebagai karya yang tidak ada hubungannya dengan proyek tersebut, bahkan sudah dipikirkan beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 2000, produser Kiyoshi Suzuki telah mengembangkan rencana film layar lebar Ultraman orisinil yang semata-mata sebagai film tersendiri tanpa didasarkan pada serial TV, dan awalnya menyusun kembali "Ultraman" sebagai proyek fiksi ilmiah asli yang mendorong atribut fiksi ilmiah dengan penekanan pada psikologi manusia. Awalnya direncanakan untuk menjadi cerita serius dan gelap tentang "seorang pemuda yang memperoleh kekuatan misterius di luar imajinasi (kekuatan cahaya), lolos dari dorongan kekerasannya dalam pertempuran yang tidak masuk akal, dan bangkit untuk keadilan." Proyek ini dinamakan YELLOW EYES, yang mengacu pada warna mata Ultraman sekaligus warna yang menandakan bahaya.

Namun, setelah tragedi serangan teroris di World Trade Center pada tanggal 11 September 2001, menjadi sangat sulit untuk menggambarkan kekerasan dengan cara yang lugas, dan perlu untuk menyesuaikan ekspresi kekerasan dan mengayunkan tema ke arah yang sedikit berbeda, sehingga tetap mempertahankan simulasi realistis, nuansa biologis, dan latar militer untuk menciptakan konsep kelahiran kembali Ultraman yang asli. Film ini dibuat berorientasi pada keluarga dengan tambahan kelembutan keluarga berupa "seorang ayah yang menjadi Ultraman dan berjuang demi anak-anaknya." Film ini adalah kisah realistis tentang bencana monster, tetapi juga merupakan kisah tentang seorang ayah yang berjuang demi anaknya, jadi tidak terlalu gelap. 

 

Perubahan Menjadi Proyek Multimedia

Meski mengalami perubahan suasana dari ide awal, YELLOW EYES awalnya masih tetap menjadi proyek film tersendiri. Pada waktu berdekatan, staf lain yang dipimpin oleh produser Hiroyasu Shibuya sedang mempersiapkan serial baru berjudul Ultraman Cross, namun mereka bingung untuk menetapkan akan menjadi cerita seperti apakah Cross ini selain konsep "inang manusia yang berganti-ganti." Para staf Cross kemudian teringat dengan proyek YELLOW EYES, lalu membujuk sutradara Kazuya Konaka dan penulis Keiichi Hasegawa, dua nama diantara staf yang mengerjakan proyek tersebut, untuk menjadikan kedua proyek ini berada pada pandangan dunia yang sama. Cross kemudian menjadi serial Nexus, dan YELLOW EYES menjadi film ULTRAMAN, dimana Konaka dan Hasegawa menjadi sutradara dan penulis kedua proyek tersebut juga.

Awalnya film ini akan berjudul ULTRAMAN THE NEXT, namun kemudian disingkat menjadi ULTRAMAN saja. Sebagai gantinya, THE NEXT menjadi nama sang Ultraman dan digunakan juga sebagai judul pada versi manga yang dirilis pada tahun 2005. Film ini seharusnya dirilis pada musim panas 2004 sebelum serial Nexus dimulai pada bulan Oktober, tapi kemudian diundur ke akhir tahun sehingga Nexus sudah tayang beberapa episode. Latar belakang produksinya adalah kesuksesan film Batman dan Spider-Man sebagai film pahlawan yang dapat dinikmati oleh orang dewasa, dan film ini diproduksi dengan tujuan untuk membuat versi Jepang dari film-film tersebut.


Buat Ulang Episode Perdana Ultraman Dengan Unsur Baru

Film ini menjadi buat ulang dari episode perdana Ultraman di tahun 1966 yang berjudul Ultra Sakusen Dai Ichigou (Operasi Ultra Nomor 1). Meski begitu, film ini tidak seratus persen mengadaptasi cerita dan tokoh-tokoh aslinya seperti Shodai Ultraman dan anggota SSSP. Tokoh utama film ini adalah Shunichi Maki, seorang pilot Angkatan Udara Jepang yang sudah berkeluarga, menjadikannya lebih tua dari kebanyakan tokoh utama Ultraman. Diceritakan saat melakukan penyelidikan terhadap benda terbang tak dikenal yang memasuki wilayah udara Jepang, dia bertabrakan dengan benda bercahaya merah yang ternyata adalah sang raksasa cahaya, mirip dengan Shin Hayata di serial aslinya.

Pada episode aslinya, Ultraman, dalam wujud cahaya merah, mengejar Bemular, dalam wujud cahaya biru, sampai ke Bumi. Berbeda dari episode tersebut, cahaya biru ini tidak langsung jatuh ke Bumi sebagai monster raksasa, tapi mengambil alih tubuh dan ingatan Takafumi Udo, seorang letnan Angkatan Laut Jepang, sehingga kedua cahaya sama-sama melakukan kontak dengan manusia. Karena menjadi subjek pertama dalam kasus ini, dia mendapat kode nama The One, sementara Maki disebut The Next. Dibuat juga drama dimana Udo tadinya adalah kekasih Sara Mizuhara, inspektur Lembaga Penelitian Bioterorisme yang mengawasi Maki dan awalnya mengira Maki akan bernasib sama seperti Udo.


Desain Raksasa Organik

Sama seperti para Ultraman era Heisei sampai Nexus yang dikerjakan berdekatan, The Next masih didesain oleh Hiroshi Maruyama. Sama seperti Nexus, The Next juga memiliki dua fase wujud yaitu Anphans dan Junis. Konaka meminta agar bagian merah Ultraman menjadi seperti mutan, menggantinya dengan citra otot dan pembuluh darah, tapi Maruyama memasukkan citra lava, menjadikan Anphans berwarna gelap, seolah-olah lava telah mendingin dan mengeras, dan Junis berwarna merah menyala.

Badannya terbuat dari uretan dan topengnya terbuat dari FRP, tapi kostumnya tidak menggunakan pakaian selam, yang merupakan ciri utama serial Ultraman. Beberapa buku menggambarkan "benjolan dan penyok pada topeng sebagai motif Tipe A Shodai Ultraman." Namun, Maruyama mengatakan bahwa hal ini tidak benar, dan didasarkan pada komentar Konaka bahwa topeng tersebut "tampak seperti Tipe A" selama pemeriksaan pemodelan. Wujud Junis diberi tekstur untuk memberikan kesan logam cor.

Beast The One, monster antagonis dalam film ini, didesain oleh Yasushi Torisawa yang juga mendesain Space Beast pada Nexus. Karena film ini sekaligus menjadi buat ulang episode pertama Ultraman 1966, desainnya juga berdasarkan Bemular. Sama seperti The Next yang mengalami perubahan wujud beberapa tahap, The One juga mendapat peningkatan yang bahkan melebihi dua fase The Next. Sama seperti Space Beast, desain setiap wujud The One juga dibuat lebih menyeramkan dari monster Ultraman biasanya.


Peningkatan Efek Visual

Selain para staf yang sudah biasa mengerjakan Ultraman seperti Konaka dan Hasegawa, film ini turut memiliki staf yang belum pernah terlibat dalam tokusatsu, salah satunya adalah Ichiro Itano. Beliau adalah animator yang sebelumnya dikenal lewat anime bertema robot yaitu Gundam, Macross dan lain-lain. Itano mengerjakan efek CG terutama untuk adegan pertarungan udara yang menjadi klimaks pada film ini. Teknologi CG ini kemudian masih digunakan pada beberapa episode Nexus berikutnya maupun serial penerus.

Film ini mendapat kerja sama penuh dari Badan Pertahanan Jepang, dan adegan lepas landas F-15 yang dipiloti Maki serta adegan pesawat lainnya semuanya sungguhan. Dari segi pertarungan raksasa, film ini melakukan beberapa hal baru seperti saat kedua raksasa bertarung di dalam ruangan ketika tinggi mereka masih sekitar 10 meter. Salah satu lokasi pertarungan dalam ruangan ini adalah Shutoken Gaikaku Housuiro (Drainase Bawah Tanah Luar Kota) alias G-Cans, yang turut dibuat set miniatur dimana setiap pilarnya hanya sedikit lebih tinggi dari para suit actor.


Penayangan & Tanggapan

ULTRAMAN dirilis di bioskop-bioskop Shochiku di seluruh negeri pada tanggal 18 Desember 2004. Film ini juga menjadi film undangan khusus di Festival Film Internasional Tokyo ke-17. Sayangnya, film ini tidak laku di box office dan meraup 150 juta yen, mungkin karena kurangnya publisitas dan sedikitnya jumlah bioskop yang menayangkan film ini sebagai versi teatrikal dari Serial Ultra.

Mungkin karena film ini awalnya dibuat sebagai proyek terpisah dari serial Nexus, agak membingungkan bagi penonton apakah film ini memang berhubungan dengan serial tersebut, apalagi segala kejadian pada film ini seperti tidak pernah disinggung pada cerita Nexus. Barulah pada Nexus episode 33 dan 34, Sara Mizuhara mengunjungi markas TLT cabang Jepang. Dia menjelaskan asal usul Lethe dan Raihou-sha (sebutan alien pengunjung Bumi dalam cerita ini) kepada pasukan Night Raider serta kebenaran terkait penghapusan ingatan dunia tentang The One dan The Next. Dari sini terungkap bahwa Maki adalah Dunamist pertama di Bumi sebelum berpindah ke Jun Himeya di serial Nexus.


Sekuel yang Tidak Terjadi

Sekuel berjudul ULTRAMAN 2: REQUIEM direncanakan, dan pengumuman khusus ditayangkan setelah film dirilis dimana disebutkan film itu akan dirilis pada musim dingin 2005. Menurut Konaka, alur cerita film ini berlatar di kota Kobe, untuk memperingati 10 tahun pemulihan pasca Gempa Bumi Besar Hanshin tahun 1995, dan produksi dilakukan dengan kerja sama penuh dengan kota tersebut. Namun, latar belakang film ini bukanlah kelanjutan dari karya sebelumnya, juga tidak terkait dengan karya-karya lain dari ULTRA N PROJECT. Film ini berlatar dalam pandangan dunia yang independen, mengeksplorasi tema baru: "Di dunia tanpa Raihou-sha, Memory Police, atau NR, bagaimana manusia akan menanggapi monster-monster mengerikan yang sebelumnya tidak pernah terlihat?"

Dalam bukunya, Hideaki Tsuburaya, presiden TsuPro saat itu, menyatakan bahwa dia telah memulai produksi film dengan total biaya produksi 200 juta yen, tapi berdasarkan evaluasi Nexus, dia membatalkan film tersebut bersamaan dengan pengurangan jumlah episode Nexus dari rencana awal. Dikatakan bahwa pada saat penghentian produksi, Hideaki dan presiden perusahaan saat itu, Kazuo Tsuburaya, secara pribadi pergi ke lokasi produksi untuk menjelaskan alasan penghentian tersebut. Namun kemudian Kazuo mengungkapkan bahwa dia tidak benar-benar bermaksud menghentikan produksi, yang juga menjadi salah satu alasan perubahan kepemimpinan perusahaan berikutnya.

Kobe tetap dijadikan latar cerita untuk film Ultraman Mebius & Ultra Kyodai yang dirilis pada 16 September 2006 sebagai permintaan maaf atas pembatalan ULTRAMAN 2. Konaka, Hasegawa dan Itano pun turut mengerjakan film tersebut. Keberadaan film ULTRAMAN 2 belum disebutkan dalam informasi resmi, namun draf naskahnya telah terungkap dalam lelang daring pada tahun 2012, dan naskah akhirnya terungkap dalam lelang daring pada tahun 2017. Beberapa desain monster yang tidak jadi digunakan pada ULTRAMAN 2 kemudian menjadi Alien Z di Ultraman Festival 2016 dan Reibatos di Ultra Fight Orb.

 

Pengaruh Di Kemudian Hari

18 tahun setelah perilisan film ini, TsuPro merilis film Shin Ultraman di tahun 2022 yang dibuat dalam rangka 55 tahun sejak lahirnya waralaba ini. Karena film tersebut menjadi buat ulang dari serial Ultraman pertama tahun 1966, bahkan hampir lebih lugas dari The Next karena desain Ultraman yang mempertahankan tubuh ramping berwarna merah dan perak, film ULTRAMAN tahun 2004 menjadi bahan pembicaraan lagi di media sosial seperti Twitter. Hal ini juga membuat DVD ULTRAMAN 2004 menjadi penjualan terlaris nomor satu pada situs Amazon di Jepang.



Sumber

  • https://www.scifijapan.com/ultraman-tsuburaya/ultraman-the-next
  • https://www.ultramanconnection.com/news/before-shin-ultraman-there-was-ultraman-the-next/
  • https://ja.wikipedia.org/wiki/ULTRAMAN_(%E6%98%A0%E7%94%BB)
  • https://ultra.fandom.com/wiki/ULTRAMAN2:_requiem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar