11 Maret 1995, film pertama dalam trilogi Heisei Gamera ini pertama kali tayang di bioskop Jepang. Sub-judulnya berarti Pertarungan Monster Raksasa Di Udara, tapi pada perilisan internasional menggunakan sub-judul Guardian of the Universe (Pelindung Semesta)
Kembalinya Sang Kura-kura Raksasa
Uchu Kaiju Gamera di tahun 1980 menjadi film terakhir waralaba Gamera pada era Showa. Sudah ada rencana untuk mengembalikan Gamera pada pertengahan tahun 1980-an karena kebangkitan Godzilla, waralaba film kaiju produksi Toho yang menjadi saingan Gamera, di tahun 1984. Namun, kesuksesan Godzilla 1984 tidak sesuai ekspektasi, sehingga rencana kembalinya Gamera diundur sampai baru terjadi pada era Heisei, tepat pada 30 tahun sejak Gamera lahir di tahun 1965. Film ini memiliki kemiripan dengan film Showa Gamera ketiga yaitu Daikaiju Kuchusen: Gamera vs Gyaos dari segi judul dan Gyaos sebagai antagonis, tapi secara cerita sangat berbeda.
Seri film Showa Gamera dirilis di bawah box office Daiei sendiri, tetapi pada saat film ini diproduksi, jaringan box office Daiei sudah tidak ada lagi, sehingga film ini didistribusikan oleh Toho. Karena seri film Godzilla juga ada pada saat itu, baik Godzilla maupun Gamera dirilis di bawah sistem Toho pada tahun 1995. Shogo Tomiyama dari Toho, yang memproduksi Godzilla, menyatakan bahwa dia tidak menyadari bahwa Gamera adalah saingan dan dia senang bahwa Godzilla berada di sampingnya (Gamera) di mana dia bekerja keras sendirian.
Sutradara Baru Untuk Karya Baru
Gamera 1995 disutradarai oleh Shusuke Kaneko yang baru pertama kali menyutradarai film kaiju. Sebelum film ini, ketika produksi film Godzilla vs Mothra tahun 1992 diumumkan, Kaneko mengirimkan kartu ucapan Tahun Baru kepada produser Tomiyama, yang meminta untuk ditunjuk sebagai sutradara, karena nama sutradara tidak tercantum dalam laporan khusus. Meskipun hal ini tidak membuahkan hasil, gambaran Mothra yang menyerang Godzilla di darat dari udara yang dikonseptualisasikan pada saat itu kemudian dibawa ke pertempuran antara Gamera dan Gyaos dalam film ini. Ketika dipekerjakan untuk film ini, dia diberitahu oleh produser Yoshinori Suzuki dari Daiei, yang mengetahui tentang insiden vs Mothra, bahwa dia harus “membalas dendam Godzilla dengan Gamera.”
![]() |
Shusuke Kaneko |
Kaneko dengan mudah setuju untuk menyutradarai film tersebut atas permintaan Daiei, tapi dia berkecil hati karena anggaran produksi awalnya adalah 500 juta yen (kemudian meningkat menjadi 600 juta yen) dan siap untuk menjadikannya film lelucon atau komedi. Namun, setelah mendapatkan Kazunori Ito sebagai penulis naskah dan Shinji Higuchi sebagai sutradara efek khusus, mereka memutuskan untuk membuat "film kaiju secara tradisional." Hal itu juga memungkinkan untuk membuat ulang film tersebut dari awal (memulai dari penampilan dan latar Gamera sendiri) dan untuk membuat film tersebut secara bebas, sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh seri film Godzilla dengan cara apa pun.
Nuansa Baru Dalam Film Gamera
Kisah film ini didasarkan pada skenario "Konaka Gamera," yang dicetuskan oleh kakak-beradik Chiaki dan Kazuya Konaka serta Keiwa Okada sebelum Kazunori Ito dan yang lainnya terlibat dalam film ini. Konaka bersaudara kemudian menyatakan bahwa ide "Konaka Gamera" mempengaruhi produksi Digimon Tamers karya Toei dan Ultraman Tiga karya Tsuburaya Productions. Dikatakan juga bahwa seluruh dunia tokusatsu setelah Heisei Gamera sangat dipengaruhi oleh karya ini, termasuk serial Ultraman dan Kamen Rider.
Jika Showa Gamera terkenal karena pengembangan dan arahannya yang ditujukan untuk anak-anak, karya ini sepenuhnya ditujukan untuk orang dewasa. Latarnya terkait dengan masalah dunia nyata dan sejarah serta legenda kuno, dan elemen biologis yang disertakan, dalam pengejaran realitas menyeluruh yang tidak ada dalam seri sebelumnya. Meskipun keterlibatan dengan anak-anak dibatasi seminimal mungkin, mereka sering terlibat dalam aspek-aspek penting seperti kebangkitan Gamera dan peningkatan kekuatan, dan latar ini dibawa ke karya-karya berikutnya.
Perubahan Desain Sang Kura-kura Raksasa
Mahiro Maeda dari studio animasi GONZO dipekerjakan untuk mendesain ulang Gamera dan Gyaos. Shinji Higuchi juga dipekerjakan untuk membantu mendesain monster, dan selanjutnya menjadi direktur efek khusus untuk seluruh trilogi. Maeda dan Higuchi awalnya ingin Gamera menyerupai "kura-kura laut terbang," dengan gagasan bahwa kedua lengannya akan mengecil menjadi sayap seperti sirip saat terbang, namun Daiei menolak konsep tersebut dan memaksa Maeda dan Higuchi untuk mendasarkan penampilan Gamera lebih pada kura-kura darat. Mereka juga menolak saran Higuchi untuk memberi Gamera cakar siku untuk menonjolkan sikunya, tetapi dia tetap melakukannya dengan membuatnya dapat ditarik dan meminta Gamera mencabut salah satunya dalam pertempuran klimaks film.
Higuchi menghasilkan banyak sekali gambar konsep untuk Gamera, beberapa diantaranya digambarkan Maeda sebagai "sangat ekstrem," karena mereka cenderung menyerupai Ankylosaurus dengan cangkang daripada kura-kura. Higuchi juga mempertimbangkan beberapa desain yang membuat lengan Gamera berbentuk seperti sirip bahkan saat tidak dalam mode terbang, tetapi desain tersebut ditolak karena dianggap menyerupai Gigan dari seri Godzilla dan membuat Gamera tampak jahat.
Desain awal Maeda lebih mirip dengan penampilan Gamera dalam serial Showa dan kura-kura yang realistis. Dari sana, Maeda bermain-main dengan cangkang dan dada Gamera, membuatnya lebih bundar atau mendasarkan bentuknya pada kura-kura asli. Dia merasa cangkang yang lebih halus dan bundar akan tampak lebih aerodinamis. Dia juga tertarik dengan ide untuk menunjukkan Gamera menghirup udara sebelum menyemburkan api.
Mengingat Gamera yang asli dikaitkan dengan mitologi Eskimo (Inuit) dalam film debutnya, dia mencoba mendesain Gamera yang baru agar tampak seperti berasal dari mitologi Tiongkok kuno, yang katanya memiliki motif serupa, dan desain cangkangnya sebagian besar dipengaruhi oleh makam berpunggung kura-kura. Aspek dari mitologi Tiongkok kuno juga digunakan untuk desain Gyaos; desain naga Tiongkok dari periode Musim Semi dan Musim Gugur dan naga Barat.
Takateru Manabe dan Jun Suzuki dipilih sebagai suit actor Gamera. Menurut Higuchi, suit actor bertubuh pendek memiliki beberapa tujuan: "Saya ingin merekam banyak cuplikan sudut rendah Gamera dan Gyaos, dan satu-satunya cara agar langit-langit panggung tidak terlihat dalam cuplikan adalah dengan meminta pemeran yang bertubuh pendek memerankan monster" dan "Jika pemeran monster bertubuh tinggi, panggung miniatur harus besar, tetapi jika pemeran monster bertubuh pendek, panggung yang lebih kecil dapat digunakan. Kami menghemat uang dengan menggunakan panggung kecil karena biaya untuk membangun dan merawat panggung yang lebih besar lebih mahal daripada yang lebih kecil. Selain itu, jika pemeran monster bertubuh pendek, hanya diperlukan dua orang untuk membantu mereka mengenakan dan melepas kostum."
Tanggapan Setelah Tayang
Film ini menarik 900.000 penonton dan memperoleh pendapatan distribusi sebesar 520 juta yen. Target pendapatan distribusi adalah 1 miliar yen, tetapi tim produksi berhasil memperoleh laba dengan mengamankan hak video dan siaran, dan memutuskan bahwa karakter Gamera telah menjadi terkenal di kalangan masyarakat, sehingga mereka memutuskan untuk membuatnya menjadi seri film. Meskipun tidak masuk dalam 10 film Jepang teratas yang didistribusikan pada tahun 1995, film itu sendiri diterima dengan sangat baik, dan merupakan film kaiju pertama yang dipilih dalam Kinema Junpo Best Ten, sebuah penghargaan film tradisional.
Pada tahun 1996, film ini memenangkan penghargaan Seiun, untuk pertama kalinya diantara film Gamera maupun genre kaiju. Kisah baru Gamera di era Heisei ini kemudian masih berlanjut pada 2 film berikutnya; dengan subjudul Legion Shurai di tahun 1996 dan Iris Kakusei tahun 1999, yang masih mengambil pandangan dunia yang sama dan kisah film pertama ini sangat berpengaruh kepada film ketiga.
Pada Ultraman Max Episode 11 "Ramalan Baradhi" versi tayang di TV menampilkan anak-anak bermain mainan Godzilla dan Gamera. Episode ini disutradarai oleh Kaneko yang tak hanya sudah menyutradarai Heisei Gamera tapi juga beberapa film Godzilla. Kaneko sudah meminta ijin kedua perusahaan pemilik masing-masing kaiju tersebut, tapi saat syuting sudah dibuat adegan alternatif agar nantinya adegan tadi dihilangkan pada versi DVD dengan alasan hak cipta. Max episode 11 juga menampilkan tokoh tamu Yuri Sakata yang diperankan oleh Ayako Fujitani, pemeran Asagi Kusanagi dalam trilogi Heisei Gamera.
Sumber
- https://ja.wikipedia.org/wiki/%E3%82%AC%E3%83%A1%E3%83%A9_%E5%A4%A7%E6%80%AA%E7%8D%A3%E7%A9%BA%E4%B8%AD%E6%B1%BA%E6%88%A6
- https://wikizilla.org/wiki/Gamera_(Heisei_Trilogy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar