Jumat, 27 November 2020

55 Tahun Daikaiju Gamera


27 November 1965, film kaiju (monster) pertama Daiei ini tayang untuk pertama kalinya di bioskop Jepang. 


Kaiju Pertama Daiei: Bukan Gamera?

Tahun 1954, film Gojira/Godzilla produksi Toho sukses besar sehingga perusahaan lainnya tertarik dengan film fiksi ilmiah berefek khusus, atau yang lebih sering disebut tokusatsu. Daiei kemudian memproduksi film-film berefek khusus seperti Uchuujin Tokyo ni Arawaru (Alien Muncul Di Tokyo) tahun 1956, Shaka (1961), maupun Kujiragami (Dewa Ikan Paus) dan Shin Shikoutei tahun 1962. Tapi baru pada tahun 1963, Daiei berencana terjun ke "kaiju eiga" (film monster) juga seperti Toho. Terinspirasi film The Birds karya Alfred Hitchcock, Daiei mulai membuat film Daigunjuu Nezura (Kawanan Tikus Besar).

Salah satu foto promosi Nezura.

Sesuai namanya, film ini akan menceritakan sekawanan tikus yang bermutasi dalam jumlah besar dan menyerang Tokyo. Inspirasi lainnya adalah berita nyata mengenai wabah tikus yang terjadi di sebuah pulau di Laut Pedalaman Seto saat itu. Noriaki Yuasa akan menjadi sutradara Nezura dengan Yonesaburo Tsukiji sebagai sutradara bagian efek khusus. Para tikus akan ditampilkan dengan properti mekanik, stop motion maupun suitmation yang purwarupanya dibuat oleh Ryusaku Takayama

Penggunaan properti tidak ada yang berhasil, sehingga para kru terpaksa menggunakan tikus hidup untuk merayap diantara miniatur kota. Namun karena menggunakan tikus liar, lokasi syuting menjadi dipenuhi kutu dan menyebabkan masalah kebersihan yang serius. Departemen kesehatan memaksa produksi film ini dihentikan. Nezura yang tadinya dipromosikan sebagai "film kaiju perdana Daiei" dan rencana rilis Tahun Baru 1964 akhirnya tidak pernah diselesaikan.


Memulai Proyek Baru

Meski Nezura dibatalkan, Masaichi Nagata, direktur Daiei saat itu masih belum menyerah. Beliau yang paling mendorong untuk dibuatnya film kaiju produksi Daiei. Berdasarkan produser Yonejiro Saito, Nagata dengan antusias mengatakan, "Karena banyak ahli efek khusus yang hebat di Daiei, kita harus melakukan sesuatu agar tidak kalah dari Godzilla milik Toho." Nagata menugaskan para produser untuk mengajukan beragam plot film kaiju satu demi satu, dan proyek "film kaiju baru" dimulai dari sini.

Judul tentatif proyek baru ini adalah Hi kui Kame Tokyo Shugeki (Kura-kura Pemakan Api Menyerang Tokyo) oleh produser Saito dan penulis Niisan Takahashi. Takahashi awalnya mendapat panggilan telepon oleh Saito yang bertanya, "Kau suka film kaiju?" dan beliau menerimanya sambil mengatakan, "Tidak ada yang tidak bisa saya tulis." Berdasarkan pernyataan Takahashi, "kura-kura terbang" adalah ide pertama, tapi desain kaiju belum ditetapkan. Untuk gerakan sang kaiju, beliau menggunakan citra nezumi hanabi (kembang api tikus) yaitu sebutan untuk kembang api dengan efek berputar di Jepang.


Gamera Dan Beragam Asal Mulanya

Ketika menentukan judul sementara, Saito belum memikirkan nama sang monster. Direktur Nagata marah karena ini dan mengatakan, "Kalau disana ada Godzilla, disini ada Gamera!" Sutradara yang terlibat menentang sambil mengatakan Godzilla dan Gamera terdengar mirip, dan Nagata juga setuju. Tapi pada akhirnya nama Gamera tetap digunakan.

Nagata menekankan kalau Gamera harus dibuat melankolis dan membuat anak-anak merasa kasihan pada monster ini. Tanpa simpati dari anak-anak maka (film Gamera) tidak akan sukses. Saito kagum dengan opini Nagata tadi. Nagata juga memanggil Saito ke kantor direktur dan menyuruhnya untuk "membuat Gamera menangis," dan Saito mengaku kesulitan karena ada dilema untuk melakukan ini.

Ada beragam teori mengenai inspirasi penampilan Gamera: 

  1. Pulau berbentuk kura-kura atau ilusi kura-kura terbang yang dilihat direktur Nagata dalam sebuah perjalanan di pesawat.
  2. Kura-kura yang dijuluki Sukebegame (Kura-kura Cabul) yang muncul ketika wanita mengunjungi kuil di dekat Daiei Tokyo Studios.
  3. Kura-kura raksasa yang muncul dalam film pengajuan (film demo) serial tokusatsu STOP Series yang direncanakan oleh Tomio Sagisu, direktur P Productions (P-Pro) di tahun 1962.
Sutradara Yuasa mengatakan asal mula Gamera adalah ide dari Takahashi yang menulis skrip pada film ini. Tapi Takahashi mengatakan direktur Nagata yang memberi instruksi untuk "terbangkan monster kura-kuranya." Kura-kura raksasa pada film demo P-Pro dapat menarik anggota tubuhnya, menyemburkan api dan terbang di langit. Sagisu mengatakan memang menunjukkan film demo ini pada Daiei, dan beliau rasa Gamera menggunakannya sebagai referensi.

Produser Saito mengatakan inspirasi Gamera berdasarkan cerita wanita pelayan dari Nagasaki pada sebuah klub malam di Ginza, "Jika berenang di Nagasaki, akan ada kura-kura bergairah yang berputar dan mendekati perempuan." Pada akhirnya testimoni setiap orang tidak konsisten sehingga menimbulkan berbagai teori yang membingungkan.


Sutradara

Beberapa staf yang tadinya mengerjakan Nezura kemudian tetap direkrut untuk Gamera, termasuk sutradara Noriaki Yuasa. Pada tahap perencanaan, ada persepsi kalau membuat film kaiju untuk melawan Godzilla dari Toho itu tidak akan berhasil, sehingga sempat tidak ada sutradara yang mau ikut dalam proyek ini. Apalagi film pertama Yuasa yaitu Shiawase nara Te o Tatakou (Kalau Kamu Senang, Tepuk Tangan) tidak sukses sehingga banyak yang pesimis. Tapi produser Saito tetap merekomendasikan Yuasa, alasannya adalah karena dia punya banyak pengalaman dalam tokusatsu, meski Yuasa mengaku masih merasa kesulitan.

Sampul buku "Gamera Souseiki -
Eiga Kantoku Noriaki Yuasa" tahun 2006.

Yuasa membaca draft naskah buatan Takahashi tapi belum mengerti citra yang diinginkan setelah membacanya. Beliau kemudian berkonsultasi pada gurunya yaitu Umetsugu Inoue, yang berpendapat membuat film tokusatsu perlu menghitung anggaran. Karena opini sang guru, Yuasa pergi ke pusat pengembangan sebelum syuting untuk memahami anggaran film tokusatsu, yang sangat berbeda dari film pada umumnya. Konon katanya beliau juga belajar dari seorang staf Divisi Teknologi Khusus di Toho yang mengajarinya teknik sintesis.


Desain dan Modeling

Gamera didesain oleh Masao Yagi yang baru menjadi independen dari Daiei tahun 1964, dan Akira Inoue seorang staf di bagian seni. Inoue menggambar sekitar 50 desain Gamera untuk film ini, termasuk Gamera tanpa anggota tubuh, Gamera yang mirip lipan, dan Gamera dengan motif polkadot seperti kumbang kepik. Beliau akhirnya membuat model Gamera dengan menggunakan tanah liat, dan mengatakan objek 3 dimensi lebih mudah dimengerti daripada hanya gambar.

Tinggi Gamera dibatasi sampai 33 meter dari tinggi bangunan Tokyo, jadi skalanya ditetapkan menjadi 1 banding 33, dan kemudian ditetapkan menjadi 60 meter. Sutradara Yuasa menekankan sifat hewan sebagai karakter Gamera untuk membedakannya dari Godzilla, dan mempertimbangkan berjalan dengan 4 kaki layaknya kura-kura. 

Boneka Gamera dibuat oleh Masao Yagi. Karena ini adalah pertama kalinya Daiei membuat monster, Ryosaku Takayama awalnya diminta membuat Gamera, tapi beliau menolak dan kemudian Yagi diminta melakukannya. Yagi bekerja untuk NTV saat itu, dan setelah pulang dari kantor tepat waktu, dia mulai membuat model Gamera. Saat itu NTV sedang kacau karena perselisihan dengan buruh, sehingga direktur NTV mengatakan Yagi tak harus datang untuk kondisi saat itu, dan dia bisa fokus dalam produksi Gamera.

Keizo Murase (tengah) pada sebuah acara screening
Gamera di tahun 2012.

Awalnya, Yagi menggunakan tatami (jenis tikar di Jepang) di kamarnya untuk membuat boneka Gamera. Tapi karena Daiei minta segera diselesaikan, Yagi tidak bisa melakukannya sendiri. Beliau meminta bantuan ayahnya, Kanju Yagi dari Divisi Seni Khusus di Toho, dan juga bisa terjadi karena Gosha Kyoutei (Persetujuan 5 Perusahaan) dimana diantaranya ada Daiei dan Toho. Sebuah gubuk untuk modeling dibangun di halaman rumah Yagi, dan beliau mendapat peran sentral dalam produksi. Keizo Murase, yang terdaftar dalam Toho pada saat itu, diminta Kanju Yagi untuk ikut membantu setelah pulang dari kantor.

Sisik pada cangkang Gamera dibuat dengan menerapkan teknik divisi efek khusus tempat Murase bekerja. Tekniknya adalah memotong bahan lateks yang diperkuat dengan kain linen yang dipotong halus dan dicampur dengan cetakan gips. Akira Suzuki membuat gerakan buka tutup mulut Gamera. Berat kostum akhir mencapai 60 kilogram.


Penampil dan Teriakan

Awalnya, pemakai kostum (suit actor) Gamera adalah beberapa anggota angkat beban dari sebuah perguruan tinggi, tapi tidak ada yang bertahan sampai lebih dari 3 hari karena sangat berat. Akhirnya, 2 orang dengan kekuatan fisik bagus, yaitu petugas alat peraga, bergantian memakai kostum Gamera. Sutradara Yuasa mengatakan para suit actor sempat bilang tidak bisa bergerak (saat memakai kostum), jadi beliau perbaiki dari pertengahan.

Berdasarkan Hidemasa Nagata, putra dari direktur Masaichi Nagata, teriakan Gamera dibuat dengan cara mensintesis suara goresan kaca dengan suara yang dihasilkan dari "bakiak tinggi yang digeser di atas pelat besi tempat menguleni semen yang masih menempel." Yuasa bilang dia menggabungkan suara tadi dengan suara beragam hewan. Menurut direktur Nagata, suara tertawa, sedih, dan marah Gamera semuanya terpisah.


Efek Khusus

Api yang disemburkan dari mulut Gamera dipicu oleh kawat Nichrome yang dipanaskan, dengan mengeluarkan bensin bertekanan dengan gas propana, bukan dari sintesis optik seperti kaiju dari Toho biasanya. Awalnya Yagi dan para staf modeling tidak diberitahu kalau Gamera bisa menyemburkan api. Murase dan para staf divisinya menggunakan api sungguhan, sehingga asbes ditempel pada mulut Gamera, diberi lateks dan diberi kembali setiap kali merekam adegan menyembur api. Adegan Gamera menelan api dilakukan dengan membalikkan film.

Sutradara Yuasa dan Tsukiji yang baru kali ini menyutradarai film kaiju berskala besar jelas sangat senang melihat Gamera berhasil menyemburkan api. Awalnya api dinyalakan ketika ada suit actor didalamnya, tapi kemudian dibuat tanpa suit actor saat merekam adegan api karena berbahaya. Pada salah satu syuting, Gamera tanpa suit actor menyemburkan api setelah muncul dari dalam air, bensin meledak dan boneka Gamera hancur, sehingga syuting ditunda selama seminggu. Untungnya tidak ada yang terluka.


Syuting

Cerita utama dan efek khusus masing-masing oleh sutradara Yuasa dan Tsukiji, tapi keduanya bekerja sama dalam menyutradarai efek khusus di adegan sebenarnya. Fotografi optik dan komposisi film pasti dibutuhkan dalam film tokusatsu, tapi studio Daiei tidak memiliki lab foto, dan printer optik sudah kuno dan hanya digunakan untuk menghapus goresan film. Yuasa yang terhitung masih baru sempat dibenci oleh fotografer veteran dan setiap hari selalu bertengkar. Ini karena tidak seperti studio film Toho dimana sutradara punya inisiatif, sudah tradisi studio Daiei memiliki para fotografer yang punya inisiatif, baik di Tokyo maupun Kyoto.

Kantor pusat menetapkan "anggaran kelas B" dan syuting sekitar bulan Oktober, dan dikatakan kantor pusat terus menginginkan film ini berwarna. Tapi Tsukiji bersikeras membuat Gamera sebagai film hitam-putih. Beliau ingin hitam-putih karena masalah anggaran dan kekurangan personil, maupun masalah fasilitas yaitu tidak ada kamera untuk syuting adegan kecepatan tinggi. Tsukiji meyakinkan perusahaan kalau secara teknis (film berwarna) tidak mungkin dalam kondisi ini.

Proses syuting Gamera tidak sepenuhnya berjalan mulus. Karena kekurangan anggaran dan waktu syuting, banyak rekaman dari tayangan berita yang sudah ada dijadikan sebagai adegan bencana dalam film ini, diantaranya gempa Niigata yang terjadi setahun sebelum film tayang. Pada adegan Gamera mendorong Menara Tokyo sampai jatuh, miniatur menara jatuh duluan sebelum disentuh Gamera. Adegan diakali dengan foto tangan Gamera yang terpisah. 

Untuk syuting adegan Antartika di awal film, batu es diantar secara masal dengan 3 truk besar semalam sebelum syuting. Keesokkan harinya, studio menjadi seperti kulkas raksasa karena sangat dingin. Para staf dan aktor tetap melanjutkan syuting dengan resiko kedinginan. Selepas syuting adegan Antartika, studio tidak bisa digunakan selama 3 hari sampai es mencair.

Ketika syuting mulai tertunda, direktur studio yang khawatir kemudian berpikir untuk menghubungi kenalannya di Tsuburaya Productions untuk membantu menyelesaikan Gamera. Yuasa menolak dan memutuskan untuk membuat karya tokusatsu yang unik untuk Daiei dengan sumber daya yang ada. Dikatakan kalau tim syuting film ini diperlakukan sebagai "anak tiri" di studio, dan tidak ada di sekitarnya yang berekspektasi kalau mereka akan berhasil.


Penayangan

Dengan segala kerja keras dan sumber daya yang masih ada, Gamera berhasil diselesaikan. Dalam sebuah pratinjau yang hanya menghubungkan gambar-gambar, direktur studio merasa gelisah dengan hasilnya, dan dia meninggalkan lokasi di pertengahan pratinjau. Terlebih lagi pratinjau ini dihadiri oleh direktur Nagata dan para eksekutif dari kantor pusat, sehingga direktur studio pergi sambil bilang "semoga beruntung" karena takut jika Nagata sampai marah. Namun setelah pratinjau selesai, Nagata memuji hasil kerja Yuasa dan para staf ini, begitu juga dengan para eksekutif.

Menurut Hidemasa Nagata, kebanyakan suara di departemen penjualan mengatakan "bagaimanapun juga ini "ramuan" kedua setelah Godzilla" dan akan mengancam box office. Namun ketika trailer diputar di teater, penjualan tiket melonjak. Gamera sukses besar ketika dirilis, sehingga dibuat sekuelnya yaitu Gamera vs Barugon setahun kemudian, dengan peningkatan anggaran dan untuk pertama kalinya film Gamera tampil berwarna.


Versi Internasional

Sama seperti Godzilla yang kemudian tayang di Amerika Serikat dengan judul "Godzilla, The King of Monsters!", Gamera juga mendapatkan versi internasional. Dengan judul Gammera The Invicible, huruf M sengaja ditambahkan untuk menghindari penonton memanggilnya camera/kamera. Sama seperti King of Monsters, versi Gammera ini tak sekedar sulih suara bahasa Inggris tapi mengganti maupun menambah beberapa adegan dengan aktor Amerika. Gamera juga muncul dua kali dalam acara Mystery Science Theater 3000.


55 Tahun Gamera

Dalam rangka 55 tahun lahirnya Gamera, Kadokawa sebagai yang mengambil alih Gamera pasca Daiei bangkrut tahun 1971, mengadakan berbagai proyek Gamera mulai tahun 2020 ini. Trilogi Heisei Gamera yang tahun ini juga merayakan 25 tahun semenjak Gamera: Daikaiju Kuchu Kessen (Pertarungan Monster Raksasa Di Tengah Langit) pertama tayang, pada tanggal 27 November ini tayang kembali dalam acara screening khusus dengan Dolby Cinema di beberapa bioskop. Masih akan ada beragam proyek berikutnya, informasi lebih lanjut bisa diikuti pada berbagai media sosial resmi Gamera di Cinema Kadokawa maupun Twitter.


Logo 55 Tahun Gamera.


Sumber:

  • https://ja.wikipedia.org/wiki/%E5%A4%A7%E6%80%AA%E7%8D%A3%E3%82%AC%E3%83%A1%E3%83%A9
  • https://eiga.com/news/20121125/13/
  • http://cinemakadokawa.jp/gamera/
  • https://twitter.com/gamera_info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar